Dear Diriku
Ada kalanya, aku menjadi sangat depresi karena suatu
kegagalan. Tapi, kegagalan seperti apa itu?
Kegagalan ini, membuat semua orang harus berpura-pura menyukaiku.
Membuat orang-orang mengatakan “Ini bukan salahmu”. Salah satu kata hiburan pasaran
yang membuat aku semakin dalam menangis. Karna aku tahu, kata itu tidak
sepenuhnya benar.
Kegagalan atas kerja kerasku. Kegagalan atas
kelelahanku dan kegagalan atas semangatku. Aku mengkhianati mereka,
mengkhianati segala macam bentuk kerja keras yang aku lakukan.
Tapi, apa depresi yang ku minta dari hasil
persaingan ini? Tidak. Tentu saja tidak. Tapi, setiap kali aku mengingat
kegagalan, yang aku lakukan adalah terdiam dan selanjutnya menangis.
Dan sesaat, angin mengatakan, bukan ini yang harus kau
lakukan setelah kegagalan yang kau alami. Masih ada waktu untuk sukses, masih
ada kesempatan untuk mendapatkan kesuksesan.
Sesaat aku mencoba mengosongkan pikiran, dan mencoba
untuk memulai dari awal. Tentu saja, dengan rencana yang berbeda daripada sebelumnya.
“percuma kau bekerja keras, lebih baik kau berhenti
dan mencari jalan yang lain. Sudah ada orang yang mengambil posisimu. Sudah ada
orang yang lebih kami percaya. Orang yang kami harapkan, bukan orang
sepertimu.” Suatu kalimat yang kudapatkan dari sorot pandangan dan cara mereka
memperlakukanku.
Mereka, orang yang aku percaya akan mempercayaiku.
Sorot mata mereka mengabaikanku, senyuman mereka tidak setulus senyuman yang
biasanya mereka berikan padaku. Aku merasa seolah-olah aku hanya beban dan seharusnya
tidak berada disana. Aku diseret keluar, didorong keluar, secara tidak langsung
disuruh keluar.
Aku tersenyum, tersenyum palsu. Kepada mereka yang
menganggapku tidak ada. Bahkan, senyum palsu yang kutunjukkan mereka abaikan.
Masih bisakah aku untuk mempertahankan senyum ini untuk mereka?
Aku kembali berpikir lebih dalam, berpikir,
berpikir, berpikir. Apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak peduli lagi. Tidak peduli akan kepercayaan
mereka padaku. Tidak peduli akan perhatian mereka padaku. Tidak peduli apakah
mereka menganggapku atau tidak.
Ini aku. Seorang aku yang bisa aku percayai. Karna,
aku mengerti diriku sendiri. Aku mengerti, aku percaya pada diriku sendiri. Tidak peduli akan
apa yang dikatakan orang lain padaku, tidak peduli akan ketidakpedulian dan
ketidakpercayaan mereka.
Karna, yang mengenalku dengan baik adalah aku. Dan
aku, aku percaya pada diriku. Aku tersenyum untuk diriku. Dan benar-benar
senyum yang indah, yang bisa aku rasakan dan membuatku tersenyum dan menangis
bersama dalam kepercayaan yang aku miliki.
Seseorang bilang padaku, berusaha keras lebih dari
siapapun maka kau akan melihat hasilnya. Satu lagi syarat untuk suatu
kesuksesan. Karna, tidak ada usaha yang sia-sia.
Sekarang, aku pada tahap pemulihan diri. Karena
kegagalan masih saja terus menghantuiku. Kegagalan terhadap kepercayaan mereka
masih berada disekitarku.
Aku ingin mengatakan pada mereka yang menyuruhku
keluar “Tunggu dan lihat, aku bukan aku yang kalian lihat hari ini. Tapi, aku
adalah aku yang sebenarnya. Aku memang tidak memiliki senjata tempur atau
apapun itu. Tapi, aku memiliki taring dan sedang aku asah dengan penuh
semangat. Lihatlah aku, aku akan tersenyum untuk masa depan yang menantiku.
Tunggu dan lihat.”
Aku ingin mengatakan “Aku berhasil. Aku berhasil
percaya pada diriku”
Dan mengatakan “Terima kasih.” Kepada mereka yang
pernah percaya padaku.
Dan juga mengatakan “Terima kasih” kepada mereka
yang percaya dan mendukungku. Dan juga padaku.
Hai kerja keras, aku meminta kerja samamu. Hai hari
dan waktu, aku meminta kehadiranmu. Hai dia, aku akan membuatmu mengatakan
selamat padaku. Entahlah, aku merasa sangat bersemangat jika mengingat hal itu.
Dan hai aku, mari kita berlari menuju kesuksesan.
____________________________________________
Aku membuat ini ketika aku diabaikan karna suatu kekalahan, tapi aku berhasil. aku berhasil melakukan 5 paragraf terakhir. dan aku ingin melakukan itu lagi dengan semangat yang sama.
No comments:
Post a Comment