Assalamualaikum readers!!! Sehatkah anda hari ini? Nah, tasya
mau share tugas nih, lumayan, tugas ini baru selesai dan langsung saya posting
karna menurut saya tugas ini cukup sulit. Saya dan teman-teman disuruh membuat
laporan penelitian pembiasan cahaya oleh pak imansyah putra, guru fisika kami. Dengan
bantuan T-baka yang mencarikan rumus dengan hanya bermodalkan wifi. Akhirnya,
saya menyelesaikan laporannya. Kepanjangan? Langsung aja, check it out, happy
reading dan copast readers!
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lensa adalah benda bening yang tembus cahaya dengan bentuk permukaannya
merupakan garis sferis. Garis hubung antara pusat lengkungan kedua permukaan
disebut sumbu utama. Bayangan yang dibuat oleh permukaan pertama merupakan
benda untuk permukaan kedua. Permukaan kedua akan membuat bayangan akhir.
Lensa dipelajari karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Lensa
dapat membantukita beraktifitas maupun dengan pekerjaan yang terutama
berhubungan dengan optik. Contoh sederhana dan mudah dari aplikasi lensa ialah
pada kaca mata.
Alat optik adalah alat-alat yang
salah satu atau lebih komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin,
lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik adalah dengan
memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. Pemantulan cahaya
adalah peristiwa pengembalian arah rambat cahaya pada reflektor. Pembiasan
cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena cahaya melalui
bidang batas antara dua zat bening yang berbeda kerapatannya. Peristiwa
pembiasan cahaya tidak hanya terjadi pada lensa konvergen atau lensa divergen
saja, tetapi bisa terjadi pada kedua lensa yang digabungkan, sehingga bayangan
yang di bentuk pada lensa pertama akan menjadi benda untuk lensa kedua.
Berdasarkan penjelasan di atas,
sebenarnya pembiasan cahaya itu seperti apa? Bagaimana sifat pembiasan pada
kaca plan-paralel, cara mensimulasi atau meniru pembentukan bayangan pada model
mata, serta cara mensimulasi jenis cacat mata dan cara untuk menolong cacat
mata. Oleh karena itu, praktikum tentang
pembiasan cahaya pada kaca plan-parallel, mata, dan cacat mata dianggap penting
untuk dilakukan agar kita mengetahui penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada
praktikum ini adalah:
a.
Menyelidiki sifat pembiasan pada kaca
plan-parallel.
b. Mensimulasi (meniru) pembentukan
bayangan pada model mata.
c.
Mensimulasi jenis cacat mata dan
cara untuk menolong cacat mata.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Lensa adalah medium transparan yang
dibatasi oleh dua permukaan bias paling sedikit satu diantaranya lengkung
sehingga terjadi dua kali pembiasan sebelum keluar dari lensa. Garis hubung
antara pusat lengkungan kekedua permukaan disebut sumbu utama. Bayangan yang
dibuat oleh permukaan pertama merupakan benda untuk permukaan kedua. Permukaan
kedua akan membuat bayangan akhir (Sarojo, 2011).
Terdapat dua jenis lensa, yaitu
lensa cembung dan lensa cekung. Pada lensa cembung (lensa positif) sinar dapat
mengumpul (kovergen) dan pada lensa cekung (lensa negatif) sinar dapat menyebar
(divergen). Pada lensa terdapat sinar-sinar istimewa. Tentunya, sinar-sinar
istimewa pada lensa cembung berbeda dengan lensa cekung (Purwoko,2007).
Persamaan lensa
tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat dengan sumbu
utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil
dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.
Jarak fokus
lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s = ~
bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s’= f.
Dengan
keterangan,
n1 = indeks
bias medium sekeliling lensa
n2 = indeks
bias lensa
R1 = jari-jari
kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari
kelengkungan permukaan kedua lensa
R = bertanda
(+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung
R = bertanda
(-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung
s = jarak benda
bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata).
s = jarak benda
bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa (benda maya).
s’ = jarak
bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa(bayangan
nyata).
s’ = karak
bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa (bayangan
maya).
f = jarak fokus
bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung).
f = jarak fokus
bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).
Hukum yang berlaku pada pembiasan cahaya yaitu Hukum Snellius yang berbunyi
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu
cahaya yang melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai
sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, seperti
misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan
memasuki medium kedua dan mengalami perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan yang disebut sebagai pembiasan.
Gambar 4.1 Proses Pembiasan pada Kaca Plan Paralel
Pada gambar diatas menunjukan cahaya mengenai sebuah
permukaan kaca yang rata. Sinar yang memasuki kaca disebut sinar yang
dipantulkan dan merupakan sinar datang dan merupakan sinar bias. Dimana, sudut bias yang
dihasilkan lebih kecil daripada sudut datangnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Untuk menunjang jalannya praktikum
maka digunakan alat dan bahan sebagai berikut.
Tabel
2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Meja optic
|
Untuk
meletakan balok kaca
|
2.
|
Rel presisi
|
Tempat meletakkan
lensa, lampu, dan diafragma anak panah
|
3.
|
Lensa + 100 mm
|
Melukis
pembentukan bayangan
|
4.
|
Diafragma 1 celah
|
Simulasi
retina mata dan jalan cahaya sebelum sampai pada layar
|
5.
|
Tumpakan berpenjepit
|
Menyatukan
rel presisi dengan layar, rumah lampu dan lensa
|
6.
|
Laser
|
Memberikan
energi listrik pada cahaya
|
7.
|
Rumah lampu
|
tempat
melekatnya lampu
|
8.
|
Balok kaca
|
Objek
pengamatan
|
9.
|
Kaki rel
|
Menyambung
rel presisi
|
10.
|
Pemegang slaid diafragma
|
Sebagai
tempat meletakkan diafragma anak panah
|
11.
|
Penggaris logam
|
Mengukur
jarak antara lensa, lampu dan diafragma anak panah
|
12.
|
Kertas HVS
|
Tempat
menggambar pola sudut datang dan sudut bias pada kaca plan parallel
|
13.
|
Busur derajat
|
Mengukur
besar sudut datang dan sudut bias
|
14.
|
Layar
|
Untuk melihat gambar yang dihasilkan
atau untuk menangkap bayangan yang terbentuk
|
15.
|
Lensa + 50 mm
|
Melukis
pembentukan bayangan
|
16.
|
Diafragma anak panah
|
Sebagai
benda untuk pembentukan gambar
|
17.
|
Lilin
|
Sebagai
sumber cahaya
|
18.
|
Lensa – 100 mm
|
Melukis
pembentukan bayangan
|
2.
Prosedur Kerja
Langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan pada percobaan
ini adalah.
1. Menyusun alat-alat yang diperlukan
secara berurutan dari kiri; sumber cahaya, lensa, diafragma, dan meja optik.
2. Pada sehelai kertas HVS menarik dua
garis berpotongan tegak lurus di tengah-tengah kertas.
3. Pada titik potong kedua garis itu
kemudian membuat garis-garis bersudut 20° ,30°, 40°,
50°, 60° .
4. Meletakkan kertas itu di atas meja optik
dan balok kaca di atas kertas.
5. Menghidupkan laser.
6. Menggeser kertas sehingga sinar
datang berimpit dengan garis yang bersudut 20° terhadap PO. Dengan
demikian sedut datang (d) sama dengan 20°.
7. Menarik garis tepat pada sisi belakang
kaca plan-paralel kemudian membuat 2 tanda silang tepat pada sinar yang keluar
(meninggalkan) dari kaca plan-paralel.
8. Mengengkerkan kaca plan peralel dan
membuat garis normal untuk mengetahui b
(sudut arah sinar saat meninggalkan kaca plan paralel).
9. Mengukur sudut bias (b), lalu
mengisi hasilnya dalam tabel 4.2.
10. Mengulangi langkah f sampai i untuk
sudut datang d yang lain.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Data pengamatan
Dari prosedur percobaan yang telah dilakukan di atas maka
diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Percobaan Hasil Pembiasan pada
Kaca Plan- Paralel
NO.
|
d (sinar datang)
|
b (sinar bias)
|
r´
|
n
|
1.
|
20°
|
25°
|
26°
|
0,808
|
2.
|
30°
|
32°
|
20°
|
0,945
|
3.
|
40°
|
40°
|
38°
|
1
|
4.
|
50°
|
40°
|
44°
|
1,191
|
5.
|
60°
|
60°
|
60°
|
1
|
2. Pembahasan
Lensa adalah sebuah benda bening yang tembus cahaya dan
dibatasi oleh dua bidang permukaan yang lengkung. Dua bidang lengkung yang
membentuk lensa dapat berbentuk silindris atau bola. Lensa silindris memusatkan
cahaya dari sumber titik yang jauh pada suatu garis, sedangkan permukaan bola
yang melengkung kesegala arah memusatkan cahaya dari sumber yang jauh pada
suatu titik. Berdasarkan bidang batasnya lensa dibagi menjadi lensa cembung
(konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung adalah lensa
konvergen yang bersifat mengunmpulkan sinar. Lensa cembung juga merupakan lensa
(+) karena dapat mengumpulkan bayangan yang bisa ditangkap layar dan nyata.
Lensa cekung merupakan lensa divergen yang bersifat menyebarkan sinar. Lensa
ini juga disebut lensa (–) karena tidak dapat membentuk bayangan yang bisa
ditangkap layar dan memiliki harga fokus negatif (Giancoli, 2001).
Percobaan pertama yakni pembiasan cahaya pada kaca
plan-paralel. Pada percobaan ini mula-mula kami membuat garis-garis yang
memiliki sudut 20°, 30°, 40°, 50° dan 60° yang ini merupakan sudut datang yang
mendekati garis normal. Kemudian kami menghidupkan laser dan
sinar datang dibuat berimpit dengan garis yang bersudut 20° sehingga diperoleh besar sudut
bias
sebesar 25°.
Selanjutnya dengan cara yang sama untuk sudut datang 30°, 40°, 50° dan 60° diperoleh
sudut bias secara berturut-turut sebesar 32°, 40°, 40°, dan60° yang menjauhi garis normal. Hal ini sesuai dengan
hukum Snellius II yang menyatakan bahwa “Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat (dari udara ke kaca plan paralel), maka sinar dibelokkan mendekati garis
normal. Sebaliknya, jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat (dari kaca plan-paralel ke udara), akan dibelokkan menjauhi garis normal.
BAB
V
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a.
Sinar datang dari udara menuju kaca
dibiaskan mendekati garis normal dan sinar dari kaca ke udara dibiaskan
menjauhi garis normal.
b.
Hasil bagi antara sudut datang (d)
dan sudut bias (b) dari beberapa
percobaan adalah 0,8, 0,9375, 1, 1,25, dan 1.
c.
Pada mata, jarak lensa ke retina
(layar) selalu berubah-ubah tetapi ukuran lensanya tetap.
d.
Saat mengamati objek yang jauh,
jarak focus lensanya menjadi diperkecil.
2. Saran
a.
Untuk alat-alat laboratorium yang sudah rusak agar diganti
secepatnya sehingga praktikan
selanjutnya dapat melakukan praktikum secara efektif.
b.
Untuk asisten pada praktikum ini
sudah cukup baik dalam membimbing kami dan kami mengucapkan terima kasih atas
bimbingannya.
c.
Diharapkan untuk praktikan
,agar melakukan praktikum dengan tenang
(tidak ribut) sehingga tidak mengganggu praktikan yang lain.
d. Dibutuhkan
pengetahuan dalam pratikum, sehingga dapat menjalankan pratikum dengan lancar.
Karna kami, gagal dalam melakukan pratikum mungkin karena ketidaktahuan kami
tentang cara melakukan pratikum yang benar atau mungkin juga kesalahan teknis.
Jadi, kami mengambil kesimpulan makalah ini dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli,
Douglas, C. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hilliday,
David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Jakarta : Erlangga
Kanginan,
Marthen. 1996. Fisika SMA kelas X Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Purwoko.2007.Fisika.Jakarta:Ghalia Indonesia.
Sarojo,G.2011.Gelombang dan Optika.Jakarta:Salemba
Teknika.
Giancoli,
Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Prasodjo,
Budi. 2004. Teori dan Aplikasi Fisika.
Bogor : Yudistira
Stockley,
Corinne dkk. 2007. Kamus Fisika bergambar.
Jakarta: Erlangga
Sutrisno.
1984. Fisika dasar seri Gelombang dan
optik. Bandung: ITB
Tipler,
Paul A. 1989. Fisika Untuk Sains dan
teknik. Jakarta: Erlangga
http://husnul2112.blogspot.co.id/2015/04/contoh-laporan-praktikum-smp-optik.html
http://rahdy12.blogspot.co.id/2012/12/laporan.html
No comments:
Post a Comment