Daftar
isi
Kata
pengantar ……………………………………………………… 2
Daftar
isi …………………………………………………………….
3
Bab
I pendahuluan
................................................................................
4
I.I
latar belakang
I.II
tujuan penulisan
I.III
rumusan masalah
Bab
II landasan
teori
............................................................................. 5
II.I pengertian koloid
II.II sifat-sifat koloid
................................................................. 6
II.III cara pembuatan koloid .................................................... 9
II.IV jenis-jenis koloid .............................................................
12
II.V –koloid hidrofil
................................................................. 13
-koloid
hidrofol
Bab III pembahasan masalah
................................................................ 14
Bab IV kesimpulan dan saran
.............................................................. 15
Daftar pustaka …..………………………………………………….... 16
Bab
I pendahuluan
I.I latar belakang dalam
kita
sehari-hari,banyak terdapat koloid.kita sendiri pun tidak tahu makanan yang
kita makan ada kandungan koloidnya atau tidak.oleh karena itu saya akan membuat
makalah tentang koloid.
I.II tujuan penulisan
semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya dan semoga mendapat nilai yang bagus dengan
makalah ini.
I.III rumusan masalah
dalam
penyusunan makalah ini saya mencoba mengidentifikasi beberapa pernyataan :
1.mengidentifikasi pengertian koloid
2.mengidentifikasi sifat-sifat koloid
3.mengidentifikasi cara pembuatan koloid
Bab II landasan teori
II.I
pengertian koloid
Koloid adalah campuran
yang kondisinya antara homogen dan heterogen.
Sistem koloid, yang terdiri dari koloid sol, emulsi, dan buih masing-masing mempunyai
sifat-sifat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut
ini:
1.
Koloid Sol
A. Pembagian
Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan
jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan
medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
a. 1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium
pendispersi padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan
hitam.
b. Sol
2.
Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam
medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah
liat, dll.
c. Sol3.
Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam
medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran, dll.
II.II Sifat-sifat koloid
1.
Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati
(gambar kiri) disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada
penjelasan berikut:
Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel
koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran
partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan
mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat
padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.
Adsorpsi koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada
permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda
halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke
dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat
tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel
netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang
sangat luas.
4.
Muatan Koloid Sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan
partikel koloid. Semua partikel koloid pasti mempunyai muatan sejenis (positif
atau negatif). Oleh karena
muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal
ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara
keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini
akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya.
Berikut ini adalah penjelasannya:
- Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu
koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
- Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik
seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
- Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang
mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
- Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari
ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable
yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati
cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan
berpisah.
- Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa
pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik
II.III cara
pembuatan koloid
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara
pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses
kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks,
reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh
a. Pembuatan sol belerang dari
reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g)
+ SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b. Pembuatan sol emas dari
larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq)
+ 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) +
3 HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH)
3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah:
mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2
O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a) Pembuatan sol As 2
S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit
(H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3
(aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s)
+ 6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari
larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) +
NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan
belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S
(s) Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah
pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid
dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan
ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah
proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat)
serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh
partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke
dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara
pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah
partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan
makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan
mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat
pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus
listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak
dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang
dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung
kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam.
Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara
busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig
menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan
energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
II.III jenis-jenis koloid
Berdasarkan pada fase
terdispersi dan medium pendisfersinya, sistem koloid dapat digolongkan
sebagaimana seperti dalam berikut.
o
Macam-macam
Koloid
- Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.
- Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
- Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
- Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air?.
- Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
- Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.
II.IV koloid hidrofil dan hidrofob
Koloid
Hidrofil & Koloid Hidrofob
1. Koloid Liofil
Koloid
yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik
yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka
cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau
benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid
di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
•Koloid
hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
•Koloid
hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH) 3 , sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid
liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob.
Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya.
Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid
tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi
pada koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena
mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan
koloid menstabilkan sistem koloid.
Sol
hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka
dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil
bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi
pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan,
tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol
hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.
Bab
III pembahasan masalah
1.
Koloid adalah campuran yang
kondisinya antara homogen dan heterogen.
2.
Sifat – sifat koloid adalah
o
Efek tyndall
o
Gerak brown
o
Adsorpsi
o
Bermuatan
3.
Cara pembuatannya adalah
o
Cara disperse,yaitu pembuatan koloid
dari partikel yang lebih kasar dari koloid. cara ini meliputi dispersi
mekanik(penggerusan dan penggilingan), disperse elektrolinik(dengan bantuan
arus listrik tegangan tinggi),dan dispersi peptisasi(dengan penambahan zat
kimia)
o
Cara kondensasi,pembuatan koloid
dari partikel yang lebih halus dari koloid.pembuatan koloid dengan cara
kondensasi melibatkan reaksi kimia,yaitu reaksi reduksi , oksidasi ,hidrolisis
, dan dekomposisi rangkap.
Bab IV kesimpulan dan saran
1. Sifat kolid
yang tidak tembus cahaya yaitu dapat dilihat dari penyinaran kedua campuran A
dan B dengan lampu senter.
2. Campuran
dapat dikatakan bersifat koloid apabila dilakukan penyaringan maka akan
terdapat endapan dan campurannya lebih pekat.
DAFTAR PUSTAKA
sistemkoloid11.blogspot.com/.../pengertian-dan-jenis-jenis-koloid.ht...
sistemkoloid.tripod.com/sifat.htm
budisma.web.id/materi/sma/kimia.../cara-pembuatan-sistem-koloid/
No comments:
Post a Comment