hai guys!!! nah, hari ini aku mau coba nge-pos tentang Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia, yuk simak langsung
Hindia
Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti
vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawetkan
makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena
kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para
petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun,
jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang
dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber
rempah-rempah di negara penghasil. Sejak saat itu dimulailah era kolonialisasi
Barat di Asia.
A. Sebab dan
Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara
umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan
mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama.
Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
1.
Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)
2.
Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3.
Menyebarkan agama (Gospel)
Sejak
abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta
kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan
adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah,
terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali
ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol
yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama
Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan
bertemu dengan orang-orang seagama.
Pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini.
Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan
pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui
suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah.
Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan
kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah
dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
B.
Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi
pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis
dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru
melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.
Orang
Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah
Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri
pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, tetapi ia gagal mencapai
Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung
Harapan (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh
armada-armada Portugis berikutnya.
Armada
Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da
Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati
Tanjung Harapan. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka
bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara
tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai
timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar.
Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh
karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi
ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang
disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba
di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India
tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin
menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada
waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan
yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah
sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai
perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau
menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan
Alfonso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah
pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka
menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan
berdagang dan membangun benteng di Ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor
berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah
Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai
di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai
India.
Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah
rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat
melalui Samudera Atlantik. Setelah
melewati ujung Amerika Selatan, ia
masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Ketika mencoba
mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian
digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka
singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin
kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal
perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di
Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di Ternate merasa
terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan
kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan
tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut Benteng
Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol
akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan
perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Sepanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1.
Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai
Halmahera (Maluku).
2.
Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan
bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish.
Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate
dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan
pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman
kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I
kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus
perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada
EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat
Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan
bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal
abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di
Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya
di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras,
Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada
Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun
ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis
de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke
Tanjung Harapan. Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke
Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain
itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik. Kemudian dari Banten,
armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun ternyata
gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun
1597 dan ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah
de Houtman, armada Belanda datang ke Indonesia susul-menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda
menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada
kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah di sana.
Pada
awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis, baik di
Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena armada
Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis
mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku dan itu menandai era
kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak saat itu, pedagang-pedagang Belanda
semakin banyak yang datang ke Maluku.
Lahirnya VOC
Untuk
mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tanggal
20 Maret 1682 Belanda membentuk VOC (Vereenigde
OostIndische Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan
Johan Van Oldenbarneveld. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari
persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan
dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) yang berkedudukan di
Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroii (hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut
berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak
bebas tanpa harus konsultasi terlebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri
induk. Hak-hak istimewa tersebut adalah sebagai berikut:
- Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
- Memonopoli perdagangan
- Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
- Mengadakan perjanjian
- Menaklukkan perang dengan negara lain
- Menjalankan kekuasaan kehakiman
- Pemungutan pajak
- Memiliki angkatan perang sendiri
- Mengadakan pemerintahan sendiri
Untuk
melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlah jabatan Gubernur Jenderal
VOC, seperti Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang
memerintah tahun 1610 – 1619 di Ambon. Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur
Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia)
karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara sehingga memudahkan
pelayaran ke Belanda. Sedangkan dalam melaksanakan pemerintahan, VOC banyak mempergunakan
tenaga bupati. Sementar bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan
cara menyewakan desa selama waktu yang ditentukan.
Setelah
berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan serta
campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, antara lain Mataram,
Banten, Banjar, Sumatra, Gowa, serta Maluku. Akibat hak monopoli yang
dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga menimbulkan permusuhan dengan
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia
VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng seperti di
Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain.
Cara
Belanda Memeroleh Monopoli Perdagangan di Nusantara
1.
Melakukan pelayaran Hongi (Hongi
Tockten) untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC
adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-rempah
kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak
dijumpai di pelabuhan bebas Makasar.
2.
Melakukan Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat. Tujuannya adalah
mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen
berlebihan (over produksi).
3.
Perjanjian dengan raja-raja setempat, terutama yang kalah perang wajib menyerahkan
hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC. Penyerahan
wajib disebut Verplichte Leverantie.
4.
Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah Contingenten.
Namun,
seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari rempah-rempah
ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad ke-18 VOC
mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan
teh daerah Priangan.
Kemunduran
VOC
Pada
pertengahan abad ke-18 VOC mengalami banyak kemunduran karena beberapa hal
sehingga pada akhirnya dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab kemunduran
VOC:
1.
Banyak
pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2.
Banyak pengeluaran
untuk biaya peperangan contoh perang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa.
3.
Banyaknya
gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang
banyak.
4.
Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang
saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan.
5.
Bertambahnya
saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6.
Perubahan
politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan
liberal yang menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan
alasan di atas akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan
hutang 136,7 juta Gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang,
gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
C. Dampak
Positif dan Negatif Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
- Dampak Positif
Setelah
kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, kemajuan bangsa Indonesia bertambah.
Adapun beberapa manfaat atas kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah
sebagai berikut:
1)
Banyaknya
dibangun pelabuhan-pelabuhan sehingga Indonesia menjadi pusat perdagangan di
Asia tenggara terutama di daerah Malaka.
2)
Setelah
kedatangan bangsa Eropa di Indonesia banyak berdiri pusat-pasat Industri yang
dapat mengurangi angka penganguran di Indonesia.
3)
Dibangunnya
sarana jalan darat (jalan raya) sehingga antara kota yang satu dengan yang
lainnya terasa dekat.
4)
Didirikannya
sekolah yang dapat mencerdaskan para generasi penerus bangsa Indonesia.
- Dampak Negatif
Setelah kedatangan bangsa
Eropa ke Indonesia bangsa Eropa beralih keinginan untuk untuk menjajah bangsa
Indonesia sehingga terjadilah peperangan di mana-mana. Adapun dampak negatif
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah:
1)
Masyarakat
Indonesia merasa tertindas dengan kedatangan bangsa Eropa yang selalu bersikap semena-mena terhadap
bangsa Indonesia.
2)
Terjadinya
pemberontakan dimana-mana yang mengakibatkan banyak nya warga Negara Indonesia
yang meninggal.
3)
Bangsa
Eropa mengadu domba seluruh masyarakat Indonesia.
4)
Terjadinya
perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia
yang akhirnya banyak menelan korban para warga Indonesia.
5)
Warga
Indonesia merasa tidak bebas dengan adanya bangsa Eropa di Indonesia.
SEJARAH- Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia
Hindia
Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti
vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawetkan
makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena
kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para
petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun,
jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang
dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber
rempah-rempah di negara penghasil. Sejak saat itu dimulailah era kolonialisasi
Barat di Asia.
A. Sebab dan
Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara
umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan
mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama.
Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
1.
Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)
2.
Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3.
Menyebarkan agama (Gospel)
Sejak
abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta
kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan
adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah,
terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali
ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol
yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama
Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan
bertemu dengan orang-orang seagama.
Pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini.
Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan
pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui
suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah.
Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan
kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah
dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
B.
Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi
pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis
dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru
melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.
Orang
Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah
Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri
pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, tetapi ia gagal mencapai
Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung
Harapan (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh
armada-armada Portugis berikutnya.
Armada
Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da
Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati
Tanjung Harapan. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka
bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara
tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai
timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar.
Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh
karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi
ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang
disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba
di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India
tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin
menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada
waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan
yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah
sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai
perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau
menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan
Alfonso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah
pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka
menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan
berdagang dan membangun benteng di Ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor
berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah
Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai
di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai
India.
Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah
rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat
melalui Samudera Atlantik. Setelah
melewati ujung Amerika Selatan, ia
masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Ketika mencoba
mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian
digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka
singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin
kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal
perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di
Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di Ternate merasa
terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan
kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan
tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut Benteng
Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol
akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan
perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Sepanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1.
Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai
Halmahera (Maluku).
2.
Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan
bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish.
Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate
dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan
pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman
kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I
kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus
perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada
EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat
Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan
bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal
abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di
Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya
di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras,
Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada
Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun
ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis
de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke
Tanjung Harapan. Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke
Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain
itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik. Kemudian dari Banten,
armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun ternyata
gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun
1597 dan ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah
de Houtman, armada Belanda datang ke Indonesia susul-menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda
menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada
kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah di sana.
Pada
awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis, baik di
Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena armada
Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis
mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku dan itu menandai era
kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak saat itu, pedagang-pedagang Belanda
semakin banyak yang datang ke Maluku.
Lahirnya VOC
Untuk
mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tanggal
20 Maret 1682 Belanda membentuk VOC (Vereenigde
OostIndische Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan
Johan Van Oldenbarneveld. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari
persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan
dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) yang berkedudukan di
Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroii (hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut
berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak
bebas tanpa harus konsultasi terlebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri
induk. Hak-hak istimewa tersebut adalah sebagai berikut:
- Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
- Memonopoli perdagangan
- Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
- Mengadakan perjanjian
- Menaklukkan perang dengan negara lain
- Menjalankan kekuasaan kehakiman
- Pemungutan pajak
- Memiliki angkatan perang sendiri
- Mengadakan pemerintahan sendiri
Untuk
melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlah jabatan Gubernur Jenderal
VOC, seperti Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang
memerintah tahun 1610 – 1619 di Ambon. Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur
Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia)
karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara sehingga memudahkan
pelayaran ke Belanda. Sedangkan dalam melaksanakan pemerintahan, VOC banyak mempergunakan
tenaga bupati. Sementar bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan
cara menyewakan desa selama waktu yang ditentukan.
Setelah
berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan serta
campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, antara lain Mataram,
Banten, Banjar, Sumatra, Gowa, serta Maluku. Akibat hak monopoli yang
dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga menimbulkan permusuhan dengan
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia
VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng seperti di
Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain.
Cara
Belanda Memeroleh Monopoli Perdagangan di Nusantara
1.
Melakukan pelayaran Hongi (Hongi
Tockten) untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC
adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-rempah
kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak
dijumpai di pelabuhan bebas Makasar.
2.
Melakukan Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat. Tujuannya adalah
mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen
berlebihan (over produksi).
3.
Perjanjian dengan raja-raja setempat, terutama yang kalah perang wajib menyerahkan
hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC. Penyerahan
wajib disebut Verplichte Leverantie.
4.
Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah Contingenten.
Namun,
seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari rempah-rempah
ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad ke-18 VOC
mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan
teh daerah Priangan.
Kemunduran
VOC
Pada
pertengahan abad ke-18 VOC mengalami banyak kemunduran karena beberapa hal
sehingga pada akhirnya dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab kemunduran
VOC:
1.
Banyak
pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2.
Banyak pengeluaran
untuk biaya peperangan contoh perang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa.
3.
Banyaknya
gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang
banyak.
4.
Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang
saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan.
5.
Bertambahnya
saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6.
Perubahan
politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan
liberal yang menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan
alasan di atas akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan
hutang 136,7 juta Gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang,
gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
C. Dampak
Positif dan Negatif Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
- Dampak Positif
Setelah
kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, kemajuan bangsa Indonesia bertambah.
Adapun beberapa manfaat atas kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah
sebagai berikut:
1)
Banyaknya
dibangun pelabuhan-pelabuhan sehingga Indonesia menjadi pusat perdagangan di
Asia tenggara terutama di daerah Malaka.
2)
Setelah
kedatangan bangsa Eropa di Indonesia banyak berdiri pusat-pasat Industri yang
dapat mengurangi angka penganguran di Indonesia.
3)
Dibangunnya
sarana jalan darat (jalan raya) sehingga antara kota yang satu dengan yang
lainnya terasa dekat.
4)
Didirikannya
sekolah yang dapat mencerdaskan para generasi penerus bangsa Indonesia.
- Dampak Negatif
Setelah kedatangan bangsa
Eropa ke Indonesia bangsa Eropa beralih keinginan untuk untuk menjajah bangsa
Indonesia sehingga terjadilah peperangan di mana-mana. Adapun dampak negatif
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah:
1)
Masyarakat
Indonesia merasa tertindas dengan kedatangan bangsa Eropa yang selalu bersikap semena-mena terhadap
bangsa Indonesia.
2)
Terjadinya
pemberontakan dimana-mana yang mengakibatkan banyak nya warga Negara Indonesia
yang meninggal.
3)
Bangsa
Eropa mengadu domba seluruh masyarakat Indonesia.
4)
Terjadinya
perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia
yang akhirnya banyak menelan korban para warga Indonesia.
5)
Warga
Indonesia merasa tidak bebas dengan adanya bangsa Eropa di Indonesia.
No comments:
Post a Comment