cerita nyata ini adalah cerita yg difavoritkan banyak remaja, terutama pencinta novel. tapi, bagi novel haters, pasti mereka bosan membaca novel, nah disini gue ngepost sipnosisnya nih, yg lebih singkat jelas, enjoy it guys!!!
surat kecil untuk tuhan
Tuhan bolehkah aku menulis surat kecil untukmu Tuhan
Bolehkah aku memohon satu hal kecil dari Mu Tuhan
Bolehkah aku hidup untuk waktu yang lama
Tuhan bolehkah aku ada di dunia ini untuk bahagia
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Tuhan andai aku bisa memohon
Jangan ada tangis dan duka di dunia lagi
Tuhan andai aku bisa menulis surat untukMu
Jangan pisahkan aku dari sahabat dan orang yang aku sayangin
Aku ingin menjadi dewasa seperti burung yang bisa terbang ketika ia dewasa
Aku ingin ayah melihat aku ketika aku memiliki lagi keindahan geraian
rambut
Tuhan surat kecilku ini
Adalah permintaan terakhirku
Andai aku bisa kembali….
Kalimat diatas merupakan sebuah cuplikan dari seorang gadis yang mencoba tegar
menghadapi penyakitnya yang bernama “Rabdomiosarkoma”. Siapa yang tidak
mengenal novel karya agnes davonar tersebut “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Bahkan
cerita tersebut diangkat dilayar kaca, banyak orang yang menangis terharu
melihat sebuah perjuangan gadis kecil berumur 13 tahun dengan sebuah penyakit
kanker ganas yang menyerang pada bagian wajah seorang gadis remaja bernama Gita
Sesa Wanda Cantika.
Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku. Aku
masih terbaring malas untuk bangun. Namun sepertinya matahari mulai marah
padaku, karena masih saja Aku menutup mataku. Cahaya matahari pagi itu mulai
menyentuh seluruh isi ruangan di kamarku yang cukup besar. Akhirnya, Aku
mengalah pada alam dan Aku harus bangun, inikah hari dimana Aku mulai harus
sekolah.
Hai sobat, kenalkan namaku Gitta Sessa Wanda Cantika sebut saja namaku Keke.
Aku anak ke-tiga dari tiga saudara. Aku mempunyai dua kakak laki-laki, namanya
juga dipersingkat saja. Panggil mereka Koko dan Kiki. Keluarga
kami keluarga yang bahagia, walau Ibu
dan Ayah telah bercerai namun hubungan
masih terjalin dengan baik.
Sekarang Aku duduk di bangku kelas 1 SLTP Al-Kamar. Aku baru
menginjak sekolah ini saat
aku masuk pertengahan semester. Aku sangat
bahagia karena memiliki beberapa teman yang baik dan sayang padaku.
Rasanya menjadi anak remaja adalah bagian
dari hidupku saat ini. Buat Aku pendidikan adalah segalanya.
Dan segala sesuatu yang bisa aku baca untuk menambah pengetahuan otakku, selalu
kulahap. Oh ya Aku suka sekali komik keluaran Jepang. Bahkan Aku bercita-cita
untuk menjadi penulis komik. Di sela-sela
waktuku, Aku selalu mengambar Manga atau tokoh
kartun Jepang. Entah sudah berapa banyak tokoh kartun imanijasiku terlukis di
kertas fileku.
Aku mempunyai beberapa sahabat terbaik yang akan selalu ku kenang. Kami adalah
geng yang selalu bersama, susah atau senang. Duka atau tangis. Apapun kami
lakukan bersama. Banyak hal yang nyaris tidak pernah kami lakukan tanpa
bersama. Kami punya motto ”Biar kecil tapi cabe rawit. Biar masih SMP tapi
kelakuan SMU”. Tak terlupa satu sisi lain yang ingin kukatakan akan perjalanan
cinta. Aku pun tak bisa terlepas dari jatuh cinta. Cinta yang mungkin orang
lain bilang cinta monyet. Tapi buat Aku, cukup cinta yang indah. Untuk
seseorang yang kusayang.
Sobat, bisakah kau merasakan apa
arti dunia kecil dalam hidup kamu? Ya, dunia kecil. Terkadang ada rasa
sedih, benci dan marah. Namun terlepas dari semua itu.
Dunia itu terasa indah. Bukankah setiap
orang terlahir untuk memiliki dunianya masing-masing. Mungkin istanaku terasa
indah, namun ada sisi dimana Aku mulai merasa sedih. Karena Aku juga
manusia biasa.
Kebahagian dan kesedihan selalu ada
dalam dunia. Apakah Aku layak mengeluh? Tidak. Aku tidak mengeluh. Aku jalanin
semua dengan baik-baik saja.
Suatu ketika Aku bangun di pagi hari. Aku mulai merasa mataku terasa perih,
kulihat cermin di lemariku. Astaga!! Mataku memerah. Aku tertular penyakit mata
dari Kakak. Mungkin karena Aku dikutuk Kakak karena ejekan saat itu. Rasanya
malu sekali untuk makan pagi bersama bila kakakku melihat wajahku ini.
Hari ini aku masih sempat mengikuti pelajaran olahraga
bermain Volley. Dan ketika aku
bermain volley. Aku terkejut tak menyadari hidungku mulai mengeluarkan darah
segar. Dan Aku pun berlari menuju toilet untuk membersihkan serta meredahkan
mimisan ini. Untuk sesaat aku hanya beristirahat di ruang Unit kesehatan Siswa.
Hingga menunggu mobil jemputan Ayah datang. Aku mulai mengeluh
merasa sulit bernafas karena lubang hidung
sebelah kiriku tersumbat. Akhirnya pulang dari Sekolah, aku dan ayah langsung
menuju dokter pribadi keluarga kami bernama Dr. Fendy untuk memeriksakan diri.
Hari demi hari berlalu, ada yang aneh dengan diriku. Mataku tidak kunjung
memutih dan terus memerah. Mengeluarkan air mata dan terasa perih. Hidungku
terus mengeluarkan darah dalam beberapa kali sehari. Aku harus menuju rumah
sakit rujukan. Aku sedikit terkejut dengan apa yang kulihat dan mulai merasakan
ketakutan kecil. Memandang sebuah rumah sakit yang besar dan untuk pertama
dalam hidupku, aku menginjakkan kaki di rumah sakit untuk bertemu dengan
seorang professor.
Aku bingung kenapa hanya sebuah flu, aku harus melakukan berbagai pemeriksaan.
Setelah hasil pemeriksaan didapat, aku diminta dokter untuk menuggu diluar. Aku
mulai khawatir apa yang sebenarnya terjadi. Ayah muncul dari ruangan dokter
tersebut dengan wajah terlihat murung. Ayah bilang aku hanya terkena flu biasa
yang tidak perlu ditakutkan.
Saat itu juga, keluarga kami terlihat berkumpul bersama tanpa Aku ketahui.
Mereka bicara lengkap dengan kedua kakakku. Namun hanya Aku seorang yang tetap
di kamarku, tidak ada pilihan apapun dalam situasi yang cepat dan membutuhkan
keputusan yang penting untuk masa depanku. Akhirnya Ayah dan keluarga kami
memutuskan untuk mencoba pengobatan altenatif dan tradisional namun
mereka juga mencoba untuk mencari informasi
rumah sakit lain.
Menunggu waktu dimana kanker itu mulai berkembang, terjadi perubahan besar
dalam wajahku. Aku mulai kehilangan rasa peka dan penciuman, wajahku semakin
tak beraturan. Kanker itu mulai membesar seukuran bola tenis. Dan mata sebelah
kiriku mulai tak bisa melihat. Kulit tipis yang berada di garis mataku mulai
tertarik. Aku tak mengerti apa yang terjadi, namun Aku berusaha untuk tegar.
Sobat, tahukah
bagaimana perasaanku ketika semua orang mulai
melihatku dengan aneh? Ya. Semua mulai berpikir dengan apa yang terjadi. Aku hanya
bisa terdiam tanpa menjawab.
Mungkin sahabatku ingin bertanya dengan ku apa yang
terjadi. Namun mereka merasa sungkan. Mereka
berusaha menerima keadaanku tanpa pernah mengeluh, mereka selalu ada disisiku.
Itulah yang membuat Aku menjadi kuat dalam menjalankan aktifitasku. Aku
bersekolah seperti biasa. Dan tanpa malu Aku masih bisa bercanda dengan
sahabatku. Walau Aku hanya ada di kelas setiap jam istirahat.
Sobat, tahukah hatiku ketika suatu
ketika seorang anak kecil melihat wajahku dan berkata pada ibunya, ”Ibu
wajah kakak itu kenapa, kok seram sekali ya!?”
Aku hanya terdiam dan mulai sadar
apakah semua orang yang melihatku bertanya hal yang sama?
Apakah selama ini mereka diam namun sesungguhnya ingin tau apa yang terjadi. Aku
merasa sedih dan hatiku terasa bagaikan teriris sebuah pisau tajam. Namun Aku
berusaha tegar. Aku berlari menuju toilet. Disana Aku menangis dan Aku
mengurung diriku. Aku sedih dengan apa yang terjadi! Aku sungguh merasa malu
dengan semua ini. Apa yang terjadi padaku, siapa yang bisa memberikan sebuah
jawaban.
Waktu itu seorang ibu bertanya kepadaku, “apa yang terjadi dengan wajahmu nak?,
apakah kamu terkena tumor?” Kata-kata itu mulai menghiasi hatiku, dan Aku mulai
mengingat akan penyakit ini.
Di setiap hariku. Aku mulai merasakan satu keanehan dalam wajahku, hidungku
terasa mati rasa untuk bernafas. Wajahku membengkak bahkan hidung dan mata
sebelah kiriku terlihat menghilang. Sebuah benjolan besar yang
seukuran bola tenis mulai tertanam di
wajahku mulai membesar. Bahkan Aku tidak sanggup untuk melihat
sendiri wajahku di cermin. Aku mulai bertanya dalam hatiku, ada apa denganku?
Siapakah yang bisa menjawab rasa sakitku ini? Ketika Aku mulai menangis dan malu
karena wajahku. Aku memutuskan untuk tidak sekolah. Aku memilih mengurung
diriku di kamar. Ayah memaklumi keputusanku. Hingga pada akhirnya Aku mulai
menyadari satu penyakit yang ada dalam diriku bukan hanya tumor.
Aku beranikan diri untuk bertanya kepada ayah, apa yang terjadi dengan diriku.
Aku memang terserang tumor tapi ayah bilang masih bisa disembuhkan, salah satu
caranya yaitu dengan operasi dan yang Ayah inginkan adalah mencoba mencari
pengobatan lain yang tidak memerlukan operasi. Dan hal itu mulai bisa
kumengerti.
Sobat, tahukah kamu apa yang
kulakukan? Hampir semua informasi keberadaan orang pintar
atau pengobatan tradisional kutemuin. Tidak ada hasil apapun
dan wajahku mulai tak beraturan. Aku nyaris tidak bisa melihat secara normal.
Bernafas pun Aku terasa sesak. Tidurpun tidak terasa nyaman. Rasa sakit yang
menusuk dan emosi seolah meledak-ledak mengutuk semua ini. Tuhan, cobaan apa
yang kau berikan padaku?
Ya.. Tuhan.. Aku bukan terserang Tumor. Tapi, kanker. Mengapa Aku
mengalami nasib seperti ini?” teriak batinku. Air mataku mengalir dan rasa
sedih mendalam merasuki seluruh ragaku. Selama ini Aku bukanlah terserang
tumor. Namun Kanker. Hal yang kutahu akan
penyakit ini! Penyakit
mematikan! Penyakit menakutkan! Banyak hal yang kutahu
akan penyakit ini namun tak pernah kuduga Aku pun harus mengalami duka ini.
Aku menangis, marah, kecewa dan benci terhadap semua ini, rasanya Aku ingin
mati. Aku ingin tidak ada didunia ini lagi. Lenyapkan Aku dari semuanya? Aku
ingin tidak ada yang melihatku.
Seorang yang ku sayang yaitu Andi dia berkata “Keke yang sesungguhnya adalah
orang yang ku cintai dan tabah. Keke yang ku cintai adalah putri yang selalu
tersenyum dan riang dalam keadaan apapun!” ungkapnya.
Kata-kata itu meluluhkan hatiku. Aku tidak lagi menangis. Aku sadar hanya
melakukan satu kebodohan yang membuat orang disekitarku merasa cemas. Tidak!!
Aku harus kuat dan Aku harus bisa berjuang. Mereka semua menungguhku untuk
kembali sehat. Aku adalah Keke yang kuat dan selalu berjuang dalam keadaan
apapun. Sejak hari itu Aku mulai kembali menjadi diriku. Tidak ada lagi air
mata yang harus kusimpan. Namun ku tanam untuk hari kebahagiaan.
Suatu ketika aku bertemu seorang professor yang sudah berpengalaman 20 tahun
mengahadapi kanker. Dia orang yang hangat dan baik. Dua puluh
tahun ia meniliti dan mengobati kanker
di Indonesia, namun kasusku ini adalah pertama dalam hidupnya
bahkan di Indonesia. Bahkan orang yang terserang kanker tersebut hanya mampu
bertahan dalam hitungan beberapa hari. Tentunya hal itu tidak ia katakan
padaku.
Akhirnya aku harus mengikuti kemotrapi. Ini adalah pengalaman Aku pertama
menginap di sebuah rumah sakit. Namun Aku bahagia, disaat seperti ini, seluruh
teman-temanku datang. Mereka datang untuk membuatku gembira dan kuat. Aku tidak
lagi kesepian seperti ketika Aku harus berkeliling untuk mencari pengobatan
altenatif. Seluruh teman yang kucintai datang memberikan semangat luar biasa
dalam diriku.
Dan kemotrapi itu dilakukan dengan suntikan pada lengan tanganku. Ketika jarum
itu menyentuh tubuhku. Aku tertidur dan dalam mimpiku Aku bertemu dengan
seorang Malaikat yang bermain denganku. Malaikat itu sungguh hangat dan
membuatku nyaman. Kami bermain disebuah taman dan dia memberikan Aku sebuah
bunga melati yang cantik. Dan setelah itu ia menghilang dan Aku terbangun.
Kemotrapi pertama itu telah selesai dilakukan.
Berkat orang-orang yang Aku cintai, rasa sakit
itu seolah menjadi hangat. Mereka selalu ada disampingku. Mereka selalu
memberikan karunia seperti malaikat yang datang dalam mimpiku. Aku menjalani
kemotrapi itu sebanyak 6 kali. Namun hasilnya tidak sia-sia, aku dinyatakan
sembuh dari kanker tersebut. Aku pun hanya bisa berkata satu hal pada
Tuhan.”Tuhan.. Malaikat itu apakah engkau..!!”
Setelah hari kesembuhan aku itu, aku bisa menikmati semuanya dengan senyuman
kebahagiaan. Menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa. Namun kebahagiaan
itu hanya sesaat kanker itu kembali lagi, ia tumbuh dan berpindah kebagian mata
sebelah kanan. Dan satu hal yang kini terpikirkan olehku adalah berusaha tegar
dan menerima. Berbagai cara semuanya ditempuh untuk menyembuhkan kankerku tapi
apa daya kanker itu tetap saja ada. Namun Aku tidak ingin semua menjadi lebih
buruk. Aku sadar ini adalah ujian untukku. Hanya sebuah senyuman.. senyuman
kecil diantara rasa takut dan pasrah.
Dihari hari yang aku lalui selama hidup, semuanya begitu indah. Terima kasih
Tuhan untuk semuanya. Biarlah harum bunga Melati menghapus duka kepada setiap
orang yang kutinggalkan biarkan harum tersebut membawaku padamu. Karena Aku
telah siap untuk bersamamu di istanamu. Dan biarkan harum tersebut mengakhiri
duka sedih ini menjadi kebahagian. Biarkan harum tersebut menjadi pertanda Aku
telah pergi dari dunia ini.
No comments:
Post a Comment