Tuesday 13 May 2014

SIPNOSIS SURAT KECIL UNTUK TUHAN

cerita nyata ini adalah cerita yg difavoritkan banyak remaja, terutama pencinta novel. tapi, bagi novel haters, pasti mereka bosan membaca novel, nah disini gue ngepost sipnosisnya nih, yg lebih singkat jelas, enjoy it guys!!!




surat kecil untuk tuhan

Tuhan bolehkah aku menulis surat kecil untukmu Tuhan
Bolehkah aku memohon satu hal kecil dari Mu Tuhan
Bolehkah aku hidup untuk waktu yang lama
Tuhan bolehkah aku ada di dunia ini untuk bahagia
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Tuhan andai aku bisa memohon
Jangan ada tangis dan duka di dunia lagi
Tuhan andai aku bisa menulis surat untukMu
Jangan pisahkan aku dari sahabat dan orang yang aku sayangin
Aku ingin menjadi dewasa seperti burung yang bisa terbang ketika ia dewasa
Aku ingin ayah melihat aku ketika aku memiliki lagi keindahan geraian rambut
Tuhan surat kecilku ini
Adalah permintaan terakhirku
Andai aku bisa kembali….
            Kalimat diatas merupakan sebuah cuplikan dari seorang gadis yang mencoba tegar menghadapi penyakitnya yang bernama “Rabdomiosarkoma”. Siapa yang tidak mengenal novel karya agnes davonar tersebut “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Bahkan cerita tersebut diangkat dilayar kaca, banyak orang yang menangis terharu melihat sebuah perjuangan gadis kecil berumur 13 tahun dengan sebuah penyakit kanker ganas yang menyerang pada bagian wajah seorang gadis remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika.
            Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku. Aku masih terbaring malas untuk bangun. Namun sepertinya matahari mulai marah padaku, karena masih saja Aku menutup mataku. Cahaya matahari pagi itu mulai menyentuh seluruh isi ruangan di kamarku yang cukup besar. Akhirnya, Aku mengalah pada alam dan Aku harus bangun, inikah hari dimana Aku mulai harus sekolah.
            Hai sobat, kenalkan namaku Gitta Sessa Wanda Cantika sebut saja namaku Keke. Aku anak ke-tiga dari tiga saudara. Aku mempunyai dua kakak laki-laki, namanya juga dipersingkat saja. Panggil mereka Koko dan Kiki.  Keluarga  kami  keluarga  yang  bahagia,  walau  Ibu  dan  Ayah  telah bercerai  namun  hubungan  masih  terjalin  dengan  baik. 
            Sekarang Aku duduk di bangku kelas 1 SLTP Al-Kamar. Aku baru menginjak   sekolah   ini   saat   aku   masuk   pertengahan   semester. Aku sangat bahagia karena memiliki beberapa teman yang baik dan sayang padaku. Rasanya  menjadi  anak  remaja  adalah  bagian  dari  hidupku  saat  ini. Buat Aku pendidikan adalah segalanya. Dan segala sesuatu yang bisa aku baca untuk menambah pengetahuan otakku, selalu kulahap. Oh ya Aku suka sekali komik keluaran Jepang. Bahkan Aku bercita-cita untuk menjadi penulis  komik.  Di  sela-sela  waktuku,  Aku  selalu  mengambar  Manga  atau tokoh kartun Jepang. Entah sudah berapa banyak tokoh kartun imanijasiku terlukis di kertas fileku.
            Aku mempunyai beberapa sahabat terbaik yang akan selalu ku kenang. Kami adalah geng yang selalu bersama, susah atau senang. Duka atau tangis. Apapun kami lakukan bersama. Banyak hal yang nyaris tidak pernah kami lakukan tanpa bersama. Kami punya motto ”Biar kecil tapi cabe rawit. Biar masih SMP tapi kelakuan SMU”. Tak terlupa satu sisi lain yang ingin kukatakan akan perjalanan cinta. Aku pun tak bisa terlepas dari jatuh cinta. Cinta yang mungkin orang lain bilang cinta monyet. Tapi buat Aku, cukup cinta yang indah. Untuk seseorang yang kusayang.
Sobat, bisakah kau merasakan apa arti dunia kecil dalam hidup kamu?  Ya, dunia kecil. Terkadang ada rasa sedih, benci dan marah. Namun terlepas  dari  semua  itu.  Dunia  itu  terasa  indah.  Bukankah  setiap  orang terlahir untuk memiliki dunianya masing-masing. Mungkin istanaku terasa indah,  namun ada sisi dimana Aku mulai merasa sedih. Karena Aku juga manusia biasa.
Kebahagian dan kesedihan selalu ada dalam dunia. Apakah Aku layak mengeluh? Tidak. Aku tidak mengeluh. Aku jalanin semua dengan baik-baik saja.
            Suatu ketika Aku bangun di pagi hari. Aku mulai merasa mataku terasa perih, kulihat cermin di lemariku. Astaga!! Mataku memerah. Aku tertular penyakit mata dari Kakak. Mungkin karena Aku dikutuk Kakak karena ejekan saat itu. Rasanya malu sekali untuk makan pagi bersama bila kakakku melihat wajahku ini.
            Hari ini aku masih sempat  mengikuti  pelajaran  olahraga  bermain  Volley.     Dan  ketika  aku bermain volley. Aku terkejut tak menyadari hidungku mulai mengeluarkan darah segar. Dan Aku pun berlari menuju toilet untuk membersihkan serta meredahkan mimisan ini. Untuk sesaat aku hanya beristirahat di ruang Unit kesehatan Siswa. Hingga menunggu mobil jemputan Ayah datang.  Aku  mulai  mengeluh  merasa  sulit  bernafas  karena  lubang  hidung sebelah kiriku tersumbat. Akhirnya pulang dari Sekolah, aku dan ayah langsung menuju dokter pribadi keluarga kami bernama Dr. Fendy untuk memeriksakan diri.
            Hari demi hari berlalu, ada yang aneh dengan diriku. Mataku tidak kunjung memutih dan terus memerah. Mengeluarkan air mata dan terasa perih. Hidungku terus mengeluarkan darah dalam beberapa kali sehari. Aku harus menuju rumah sakit rujukan. Aku sedikit terkejut dengan apa yang kulihat dan mulai merasakan ketakutan kecil. Memandang sebuah rumah sakit yang besar dan untuk pertama dalam hidupku, aku menginjakkan kaki di rumah sakit untuk bertemu dengan seorang professor.
            Aku bingung kenapa hanya sebuah flu, aku harus melakukan berbagai pemeriksaan. Setelah hasil pemeriksaan didapat, aku diminta dokter untuk menuggu diluar. Aku mulai khawatir apa yang sebenarnya terjadi. Ayah muncul dari ruangan dokter tersebut dengan wajah terlihat murung. Ayah bilang aku hanya terkena flu biasa yang tidak perlu ditakutkan.
            Saat itu juga, keluarga kami terlihat berkumpul bersama tanpa Aku ketahui. Mereka bicara lengkap dengan kedua kakakku. Namun hanya Aku seorang yang tetap di kamarku, tidak ada pilihan apapun dalam situasi yang cepat dan membutuhkan keputusan yang penting untuk masa depanku. Akhirnya Ayah dan keluarga kami memutuskan untuk mencoba pengobatan altenatif dan tradisional  namun  mereka  juga  mencoba  untuk  mencari  informasi  rumah sakit lain.
            Menunggu waktu dimana kanker itu mulai berkembang, terjadi perubahan besar dalam wajahku. Aku mulai kehilangan rasa peka dan penciuman, wajahku semakin tak beraturan. Kanker itu mulai membesar seukuran bola tenis. Dan mata sebelah kiriku mulai tak bisa melihat. Kulit tipis yang berada di garis mataku mulai tertarik. Aku tak mengerti apa yang terjadi, namun Aku berusaha untuk tegar.
Sobat,  tahukah  bagaimana  perasaanku  ketika  semua  orang  mulai melihatku dengan aneh? Ya. Semua mulai berpikir dengan apa yang terjadi. Aku hanya bisa terdiam tanpa menjawab.
            Mungkin sahabatku ingin bertanya dengan  ku  apa  yang  terjadi.  Namun  mereka  merasa  sungkan.  Mereka berusaha menerima keadaanku tanpa pernah mengeluh, mereka selalu ada disisiku. Itulah yang membuat Aku menjadi kuat dalam menjalankan aktifitasku. Aku bersekolah seperti biasa. Dan tanpa malu Aku masih bisa bercanda dengan sahabatku. Walau Aku hanya ada di kelas setiap jam istirahat.
Sobat, tahukah hatiku ketika suatu ketika seorang anak kecil melihat wajahku dan berkata pada ibunya,  ”Ibu wajah kakak itu kenapa, kok seram sekali ya!?”
            Aku  hanya  terdiam  dan  mulai  sadar  apakah  semua  orang  yang melihatku bertanya hal yang sama? Apakah selama ini mereka diam namun sesungguhnya ingin tau apa yang terjadi. Aku merasa sedih dan hatiku terasa bagaikan teriris sebuah pisau tajam. Namun Aku berusaha tegar. Aku berlari menuju toilet. Disana Aku menangis dan Aku mengurung diriku. Aku sedih dengan apa yang terjadi! Aku sungguh merasa malu dengan semua ini. Apa yang terjadi padaku, siapa yang bisa memberikan sebuah jawaban.
            Waktu itu seorang ibu bertanya kepadaku, “apa yang terjadi dengan wajahmu nak?, apakah kamu terkena tumor?” Kata-kata itu mulai menghiasi hatiku, dan Aku mulai mengingat akan penyakit ini.
            Di setiap hariku. Aku mulai merasakan satu keanehan dalam wajahku, hidungku terasa mati rasa untuk bernafas. Wajahku membengkak bahkan hidung dan mata sebelah kiriku terlihat menghilang. Sebuah benjolan besar yang  seukuran  bola  tenis  mulai  tertanam  di  wajahku  mulai  membesar. Bahkan Aku tidak sanggup untuk melihat sendiri wajahku di cermin. Aku mulai bertanya dalam hatiku, ada apa denganku? Siapakah yang bisa menjawab rasa sakitku ini? Ketika Aku mulai menangis dan malu karena wajahku. Aku memutuskan untuk tidak sekolah. Aku memilih mengurung diriku di kamar. Ayah memaklumi keputusanku. Hingga pada akhirnya Aku mulai menyadari satu penyakit yang ada dalam diriku bukan hanya tumor.
            Aku beranikan diri untuk bertanya kepada ayah, apa yang terjadi dengan diriku. Aku memang terserang tumor tapi ayah bilang masih bisa disembuhkan, salah satu caranya yaitu dengan operasi dan yang Ayah inginkan adalah mencoba mencari pengobatan lain yang tidak memerlukan operasi. Dan hal itu mulai bisa kumengerti.
Sobat, tahukah kamu apa yang kulakukan? Hampir semua informasi keberadaan  orang  pintar  atau  pengobatan  tradisional  kutemuin. Tidak ada hasil apapun dan wajahku mulai tak beraturan. Aku nyaris tidak bisa melihat secara normal. Bernafas pun Aku terasa sesak. Tidurpun tidak terasa nyaman. Rasa sakit yang menusuk dan emosi seolah meledak-ledak mengutuk semua ini. Tuhan, cobaan apa yang kau berikan padaku?
            Ya.. Tuhan.. Aku bukan terserang Tumor. Tapi,  kanker. Mengapa Aku mengalami nasib seperti ini?” teriak batinku. Air mataku mengalir dan rasa sedih mendalam merasuki seluruh ragaku. Selama ini Aku bukanlah terserang tumor. Namun Kanker. Hal yang kutahu   akan   penyakit   ini!   Penyakit   mematikan!   Penyakit   menakutkan! Banyak hal yang kutahu akan penyakit ini namun tak pernah kuduga Aku pun harus mengalami duka ini.
            Aku menangis, marah, kecewa dan benci terhadap semua ini, rasanya Aku ingin mati. Aku ingin tidak ada didunia ini lagi. Lenyapkan Aku dari semuanya? Aku ingin tidak ada yang melihatku.
            Seorang yang ku sayang yaitu Andi dia berkata “Keke yang sesungguhnya adalah orang yang ku cintai dan tabah. Keke yang ku cintai adalah putri yang selalu tersenyum dan riang dalam keadaan apapun!” ungkapnya.
            Kata-kata itu meluluhkan hatiku. Aku tidak lagi menangis. Aku sadar hanya melakukan satu kebodohan yang membuat orang disekitarku merasa cemas. Tidak!! Aku harus kuat dan Aku harus bisa berjuang. Mereka semua menungguhku untuk kembali sehat. Aku adalah Keke yang kuat dan selalu berjuang dalam keadaan apapun. Sejak hari itu Aku mulai kembali menjadi diriku. Tidak ada lagi air mata yang harus kusimpan. Namun ku tanam untuk hari kebahagiaan.
            Suatu ketika aku bertemu seorang professor yang sudah berpengalaman 20 tahun mengahadapi kanker. Dia orang yang hangat dan baik. Dua  puluh  tahun  ia  meniliti  dan  mengobati  kanker  di  Indonesia, namun  kasusku ini adalah pertama dalam hidupnya bahkan di Indonesia. Bahkan orang yang terserang kanker tersebut hanya mampu bertahan dalam hitungan beberapa hari. Tentunya hal itu tidak ia katakan padaku.
            Akhirnya aku harus mengikuti kemotrapi. Ini adalah pengalaman Aku pertama menginap di sebuah rumah sakit. Namun Aku bahagia, disaat seperti ini, seluruh teman-temanku datang. Mereka datang untuk membuatku gembira dan kuat. Aku tidak lagi kesepian seperti ketika Aku harus berkeliling untuk mencari pengobatan altenatif. Seluruh teman yang kucintai datang memberikan semangat luar biasa dalam diriku.
            Dan kemotrapi itu dilakukan dengan suntikan pada lengan tanganku. Ketika jarum itu menyentuh tubuhku. Aku tertidur dan dalam mimpiku Aku bertemu dengan seorang Malaikat yang bermain denganku. Malaikat itu sungguh hangat dan membuatku nyaman. Kami bermain disebuah taman dan dia memberikan Aku sebuah bunga melati yang cantik. Dan setelah itu ia menghilang dan Aku terbangun. Kemotrapi pertama itu telah selesai dilakukan.
            Berkat  orang-orang  yang  Aku  cintai,  rasa sakit itu seolah menjadi hangat. Mereka selalu ada disampingku. Mereka selalu memberikan karunia seperti malaikat yang datang dalam mimpiku. Aku menjalani kemotrapi itu sebanyak 6 kali. Namun hasilnya tidak sia-sia, aku dinyatakan sembuh dari kanker tersebut. Aku pun hanya bisa berkata satu hal pada Tuhan.”Tuhan.. Malaikat itu apakah engkau..!!”
            Setelah hari kesembuhan aku itu, aku bisa menikmati semuanya dengan senyuman kebahagiaan. Menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa. Namun kebahagiaan itu hanya sesaat kanker itu kembali lagi, ia tumbuh dan berpindah kebagian mata sebelah kanan. Dan satu hal yang kini terpikirkan olehku adalah berusaha tegar dan menerima. Berbagai cara semuanya ditempuh untuk menyembuhkan kankerku tapi apa daya kanker itu tetap saja ada. Namun Aku tidak ingin semua menjadi lebih buruk. Aku sadar ini adalah ujian untukku. Hanya sebuah senyuman.. senyuman kecil diantara rasa takut dan pasrah.
            Dihari hari yang aku lalui selama hidup, semuanya begitu indah. Terima kasih Tuhan untuk semuanya. Biarlah harum bunga Melati menghapus duka kepada setiap orang yang kutinggalkan biarkan harum tersebut membawaku padamu. Karena Aku telah siap untuk bersamamu di istanamu. Dan biarkan harum tersebut mengakhiri duka sedih ini menjadi kebahagian. Biarkan harum tersebut menjadi pertanda Aku telah pergi dari dunia ini.




No comments:

Post a Comment